Otoritas Nasional Palestin
Pemerintahan
Palestina merupakan sebuah negara yang berbentuk Republik Parlementer yang diumumkan berdirinya pada tanggal 15 November 1988 di Aljiria, ibu kota Aljazair. Berbeda dengan kebanyakan negara di dunia yang mengumumkan kemerdekaannya setelah memperoleh Konsesi Politik dari negara penjajah, Palestina mengumumkan eksistensinya bukan karena mendapat konsesi politik dari negara lain, melainkan untuk mengikat empat juta kelompok etnis dalam satu wadah, yaitu negara Palestina. Dalam pengumuman itu ditetapkan pula bahwa Yerusalem Timur (akan) dijadikan ibu kota negara.
Kepala negara saat ini adalah Presiden Mahmud Abbas, yang menggantikan Alm. Yasser Arafat. Dewan Nasional Palestina, yang identik dengan Parlemen Palestina, beranggotakan 500 orang. Kedalam, lembaga ini terdiri dari:
Komite Eksekutif.
Kesatuan Lembaga Penerangan.
Lembaga Kemiliteran Palestina.
Pusat Riset Palestina.
Pusat Tata Perencanaan Palestina.
Dalam hal ini, Komite Eksekutif membawahkan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Penerangan, Pendanaan Nasional Palestina, Organisasi Massa, Tanah Air yang Diduduki, Perwakilan PLO, Masalah Politik, Masalah Administrasi dan Masalah Kemiliteran.
Ekonomi
Sumber keuangan untuk membiayai pemerintahan saat ini berasal dari negara-negara Timur Tengah, Lembaga Islam serta tokoh perseorangan yang bersimpati dengan perjuangan negara ini. Sebelumnya, Pelestina mendapatkan sumber keuangan dari hasil pajak yang dibagikan oleh Israel. Namun sejak beberapa waktu lalu, kucuran dana dihentikan secara sepihak oleh pihak Israel atas persetujuan Amerika Serikat. Hal ini dilakukan dengan alasan bahwa kucuran dana yang diberikan akan digunakan bagi kegiatan perlawanan terhadap Israel oleh HAMAS yang baru saja memenangkan Pemilihan Umum di Palestina.
Berdirinya Palestina
Berdirinya negara Palestina didorong oleh keinginan untuk menyatukan penduduk Palestina yang terdiri dari beraneka ragam etnis. Pengumuman berdirinya negara ini dilakukan oleh Ketua Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), Yasser Arafat yang kemudian menjadi Presiden Palestina, dari pusat pemerintahan di pengasingan, di Aljiria, Aljazair. Dari segi hukum interansional, eksistensi negara ini rapuh karena selain tidak diakui sebagian negara anggota Dewan Keamanan PBB, juga akibat wilayah geografi yang masih belum begitu jelas.
Sebaliknya, lembaga internasional turut memberi dukungan kepada Palestina. Sekretaris Jenderal PBB mengundang Yasser Arafat untuk menyampaikan pidatonya dalam sidang di New York pada Desember 1988. Namun Pemerintah Amerika Serikat menolak memberikan visa masuk kepada Arafat, sehingga tempat sidang pun di pindahkan ke Jenewa. Dalam pidatonya, Arafat menegaskan bahwa PLO ingin menjalin kontak langsung dengan Amerika. Namun karena lobi Yahudi Amerika yang kuat, Palestina gagal memperoleh pengakuan dari Amerika.
Perjuangan Intifadah
Terdorong keinginan untuk memperoleh wilayah kediaman yang tetap, sejak tahun 1987, orang Palestina melakukan Intifadah, yaitu gerakan yang memperlihatkan sikap bermusuhan secara terang-terangan terhadap Pemerintahan Israel dalam berbagai bentuk seperti: melempar tentara Israel dengan batu, melempar dengan bom molotov, boikot atas berbagai produk Israel, tidak membayar pajak maupun cukai, pengunduran diri secara massal para pegawai Arab yang ditunjuk oleh Pemerintah Israel, dan pemogokan periodik. Gerakan Intifadah ini mendapat dukungan luas terutama dari Pemerintah negara di Timur Tengah.
Hamas dan Masa Depan Palestina
SIMBOL Pemerintahan Palestina dirudal oleh Israel menjadi topik yang hangat pada minggu terakhir ini. Benar, kantor Perdana Menteri Palestina dihancurkan oleh tentara Israel. Negara zionis ini juga menyerang kantor Departemen Dalam Negeri Palestina dan beberapa sekolahan di Jalur Gaza. Sebelumnya penguasa Israel menahan sejumlah anggota parlemen dan menteri Palestina.
Tidak hanya itu. Pasukan Israel juga menyerang beberapa tempat yang mengakibatkan timbulnya korban masyarakat sipil. Israel berdalih tindakannya itu sebagai balasan terhadap penculikan serdadu Israel, Kopral Gilad Shalit, oleh suatu kelompok Palestina.
Pihak penculik mau melepaskan Shalit, asalkan sekitar 9000 warga Palestina yang ditahan Israel dibebaskan. Tuntutan pembebasan tersebut terutama untuk wanita dan anak-anak. Israel bukannya merundingkan tukar - menukar tahanan, tetapi malah menahan pemimpin Palestina dan merudal beberapa bangunan di Gaza.
Kondisi di atas tentunya tidak menguntungkan bagi nasib perundingan perdamaian Palestina - Israel. Anehnya sikap PM Israel, Ehud Olmert yang keras tersebut didukung oleh Amerika Serikat. Ketika PM Turki, Recep Rayyib Erdogan, menelepon Presiden AS, George W. Bush, untuk membicarakan keadaan di Timur Tengah, Bush menyatakan dukungannya pada posisi Israel.
Tampaknya ulah negara zionis yang didukung oleh AS itu dalam rangka untuk merongrong dan menjatuhkan Pemerintah Palestina yang sah di bawah kekuasaan kelompok Hamas.
Sebagaimana diketahui Hamas memenangkan pemilu anggota parlemen Palestina. Oleh karena pemimpin Hamas, Ismail Haniya, memperoleh kesempatan untuk memimpin Kabinat Palestina. Dia merupakan orang Hamas pertama yang menjadi Perdana Menteri Palestina.
Dalam pemilu yang diselenggarakan pada 25 Januari 2006 itu, Hamas memenangkan kursi parlemen. Dari 132 kursi yang diperebutkan Hamas mengantongi 76 kursi. Fatah yang menjadi rival utamanya hanya memperoleh 43 kursi. Kekalahan Fatah tentunya mengecewakan Presiden Palestina, Mahmud Abbas, yang berasal dari partai tersebut.
Sebenarnya kemenangan Hamas di atas adalah melengkapi kemenangan yang sudah diperoleh sejak setahun sebelumnya. Ketika ada pemilihan Dewan Kota di Gaza, Hamas memenangkan 77 kursi dari 118 kursi yang diperebutkan di Gaza. Hamas menang di 7 wilayah dari 10 wilayah.
Sedangkan kelompok Fatah memperoleh 26 kursi; Barisan Popular mendapatkan 1 kursi; dan sisanya (14 kursi) diperoleh caleg independen. Kemenangan Hamas di Gaza ini menambah kekuatan mereka setelah kemenangan mereka di Tepi Barat pada pemilu lokal yang diselenggarakan pada 23 Desember 2004.
Menurut Pusat Informasi Palestina, COMES, Hamas memenangkan di 13 wilayah dari 26 wilayah yang diperebutkan di Tepi Barat.
Dengan kemenangan tersebut Hamas dianggap oleh masyarakat Palestina sebagai wakil mereka yang diharapkan dapat mewujudkan apa yang mereka cita-citakan.
Masyarakat Palestina tampaknya bosan dengan berbagai upaya perdamaian yang tidak membuahkan hasil secara konkret. Mereka memilih Hamas yang dianggap mempunyai ideologi jelas, yakni memperjuangkan kemerdekaan Palestina berlandaskan panji Islam. Di sisi lain, Hamas dianggap oleh Israel sebagai "biang teror."
Masyarakat Palestina sudah cukup bosan dengan berbagai janji perdamaian yang pernah dilakukan oleh Fatah. Hamas diharapkan oleh masyarakat Palestina dapat membawa semangat baru tentang apa arti sebuah komunitas bangsa. Kekuatan moral politik Palestina tersebut akan bertambah kuat, bila dunia internasional ikut memberikan dukungan. PBB, OKI, dan lembaga dunia yang lain semestinya membantu nasib Palestina dan mengecam Israel.
Berbagai bom yang menewaskan warga Israel dianggap sebagai buah karya Hamas. Pemerintah Israel ingin "melenyapkan" Hamas, sehingga para pemimpin mereka diburu untuk dihabisi.
Mengapa kelompok Hamas yang memenangkan pemilu Palestina secara demokratis, terus dimusuhi oleh Israel dan juga oleh Amerika Serikat? Apakah mungkin Hamas dapat meneruskan untuk menahodai pemerintahan Palestina?
Pro-Kontra
Kemenangan Hamas pada pemilu legislatif tersebut mendapatkan sambutan yang beragam. Negara-negara Barat merasa cemas dengan kemenangan itu. Presiden Amerika Serikat, George W. Bush, menyatakan tidak akan berhubungan dengan Hamas, hingga kelompok itu tidak lagi memerangi Israel.
Perdana Menteri Prancis Dominique de Villepin, mengaku prihatin dengan hasil pemilihan di Palestina. Sedangkan juru bicara Perdana Menteri Inggris Tony Blair menyatakan, pemerintah Inggris siap berhubungan dengan Hamas setelah kelompok itu mencabut dukungannya kepada kelompok teroris (Tempo Interaktif, 1 Februari 2006). Sebaliknya Rusia memberikan selamat kepada Hamas atas kemenangan dalam pemilu tersebut. Presiden Rusia, Putin, bahkan mengundang pemimpin Hamas untuk membahas kelanjutan proses perdamaian Palestina-Israel.
Sementara itu dunia Arab mendukung kemenangan Hamas. Mereka menginginkan berbagai pihak termasuk Israel dan negara-negara Barat, menghargai demokrasi yang ada di Palestina. Kemenangan Hamas adalah kehendak rakyat Palestina yang mesti dihormati. Di samping itu para pemimpin dunia Arab juga menghimbau pemimpin Palestina untuk tetap berkomitmen terhadap proses perdamaian yang tengah berjalan.
Mereka mengharapkan Hamas mengubah cara perjuangan kemerdekaan Palestina. Diplomasi adalah cara yang mereka menginginkan. Dengan demikian, cara kekerasan perlu ditinggalkan.
Sebenarnya keikutsertaan Hamas dalam pemilu di Palestina sudah menunjukkan bahwa mereka sudah mengubah strategi dari cara "jalanan" menuju cara "gedongan" dengan penguasaan parlemen Palestina. Perubahan itu tidak begitu dilihat oleh Israel maupun oleh Amerika Serikat. Mereka tetap curiga pada perilaku politik Hamas yang dianggapnya "teroris."
Sebagai negara yang kampiun demokrasi, semestinya Amerika Serikat dapat melihat bagaimana demokrasi telah berjalan dengan baik di Palestina. Masyarakat dan elite Palestina telah memilih memimpin mereka. Dan Hamaslah yang menjadi pilihan mereka. Kelompok Fatah yang menjadi rival utama Hamas dan kelompok lain di Palestina telah menerima hasil pemilu dengan baik. Tetapi rupanya Israel dan AS tidak mau menghormati kemenangan Hamas. Berbagai usaha dilakukan untuk menghambat perjalanan pemerintahan.
Palestina di Bawah Hamas
Kedua negara agresor itu khawatir dengan kekuatan moral politik Hamas. Mereka tahu Hamas mempunyai kekuatan yang luar biasa secara moral. Memang Hamas telah menggalang kekuatan moral dari kalangan masyarakat paling bawah. Pembinaan dilakukan melalui "pengajian" dari satu tempat ke tempat yang. Dari hari ke hari kelompok itu semakin banyak yang kemudian membentuk suatu kelompok yang lebih besar. Kelompok "pengajian" akhirnya menjelma menjadi kelompok politik besar yang dapat mengalahkan "saudara tuanya" yakni Fatah.
Perkembangan itu akan merepotkan Israel dan AS. Mereka khawatir pengalaman Hamas akan ditiru oleh kelompok-kelompok lain di berbagai negara yang dapat merugikan kepentingan Israel dan AS.
Memang sejak dari awal kelompok Hamas ini sulit disusupi oleh kepentingan Israel maupun AS. Itu berbeda dengan Fatah yang telah dikooptasi dengan berbagai pemberian oleh AS yang akhirnya menjerumuskan sebagian pemimpin Fatah dalam kasus korupsi. Kasus itu sendiri tampaknya sengaja dibiarkan terjadi dalam tubuh Fatah sebagai bagian dari pembusukan dari dalam. Dan, memang akhirnya kelompok Fatah larut dalam permaian Israel dan AS itu.
Karena Hamas sulit ditaklukkan, maka Israel berusaha unjuk kekuatan fisik dengan menyerang berbagai fasilitas Palestina. Pembangkit tenaga listrik di Gaza, kantor pemerintahan, dan juga gedung sekolah menjadi sasaran tentara zionis. Maksud utamanya jelas ingin melemahkan pemerintahan. Israel akan terus unjuk kekuatan di hadapan Hamas sampai AS menghentikan dukungannya. Kasus penculikan kopral Israel itu hanyalah dalih yang dijadikan negara zionis itu untuk melemahkan dan menggoyang Hamas.
Ironi memang, suatu kemenangan yang diperoleh secara demokratis, akhirnya akan diruntuhkan oleh negara yang mengaku kampiun demokrasi. Tetapi apakah goyangan terhadap Hamas itu akan berhasil? Bila melihat kekuatan moral politik dari dalam negeri Palestina sendiri, maka Hamas akan tetap dapat bertahan. Masyarakat Palestina sudah cukup bosan dengan berbagai janji perdamaian yang pernah dilakukan oleh Fatah. Hamas diharapkan oleh masyarakat Palestina dapat membawa semangat baru tentang apa arti sebuah komunitas bangsa. Kekuatan moral politik Palestina tersebut akan bertambah kuat, bila dunia internasional ikut memberikan dukungan. PBB, OKI, dan lembaga dunia yang lain semestinya membantu nasib Palestina dan mengecam Israel.
Dari sisi Indonesia semestinya pemerintah dan masyarakat tidak berpangku tangan melihat rakyat Palestina yang terus menderita. Pernyataan simpati saja tidaklah cukup. Perlu ada tindakan lebih konkret untuk dapat meringankan beban negara itu. Ini artinya Indonesia tidak perlu memberikan angin kesempatan kepada Israel yang memungkinkan terlukanya perasaan Palestina.
Misalnya saat ini sebaiknya Indonesia tidak perlu mengirimkan Tim Fed Cup ke Tel Aviv yang direncanakan memainkan play-off tenis group II dunia melawan negeri zionis itu pada tanggal 15-16 Juli 2006. Hubungan yang tengah memburuk antara Palestina dan Israel akan memancing reaksi negatif masyarakat Indonesia bila Tim Fed Cup Indonesia nekat bertanding di Tel Aviv.
Peta Jalur Gaza
Hamas Siap Menghadapi Israel
Pasukan darat Israel mulai merasakan beratnya bertempur secara berhada-hadapan dengan Hamas, meski pasukan Zionis memiliki senjata artileri yang jauh lebih canggih dari senjata yang dimiliki Hamas. Namun Hamas sudah menyiapkan strategi perang darat dengan pasukan Zionis yang sudah mereka antisipasi menyusul ancaman-ancaman yang dilontarkan Israel saat masih berlaku gencatan senjata di Jalur Gaza.
Brigade Izzudin al-Qasam, sayap militer Hamas mengungkapkan, mereka sudah membangun terowongan-terowongan di bawah tanah yang tahan akan hantaman ranjau-ranjut darat dan ranjau anti-personel. Para pejuang Hamas juga sudah menyiapkan perangkap-perangkap yang mereka pasang di rumah-rumah dekat wilayah perbatasan.
"Para pejuang kami berada di tempat-tempat yang tak terlihat, menunggu kedatangan tentara-tentara Zionis ke gedung-gedung yang sudah dipasangi perangkap," demikian keterangan Brigade Izzudin al-Qassam
Laporan koresponden Islamonline hari Minggu kemarin menyebutkan bahwa para pejuang Palestina berhasil menyergap sejumlah tentara Israel di sebuah rumah. Tentara-tentara Zionis terperangkap di dalam rumah yang dihujani tembakan oleh para pejuang Palestina. Mereka memanggil bantuan pasukan udara agar bisa keluar dari rumah itu.
Sejak mengerahkan pasukan daratnya, militer Israel mengakui sekitar 40 tentaranya mengalami luka-luka akibat perlawanan para pejuang Hamas. Pertempuran darat berlangsung sengit di empat titik di Gaza, antara lain di wilayah utara Gaza, Gaza City, Beit Lahiya dan Jabaliya.
Tank-tank Israel dikerahkan di dua titik di Gaza yaitu wilayah utara dan selatan. Israel mengarahkan tank-tanknya ke perbatasan Rafah, selatan Gaza untuk memisahkan wilayah Gaza dari Mesir. Dalam serangan darat, pasukan Zionis tidak berhasil menemukan tempat-tempat peluncuran roket Hamas. Namun para pejuang Hamas dilaporkan berhasil menjungkirbalikkan tank-tank Merkava Israel dengan roket-roketnya. Terakhir, roket-roket Hamas berhasil menjangkau basis angkatan udara Israel Hatzor di kota Ashdod.
Seorang pejuang Brigade al-Qassam mengatakan, mereka memiliki persediaan roket yang cukup banyak, termasuk senjata peluncur granat (RPG) untuk menembak helikopter-helikopter Israel. "Senjata-senjata itu cukup efektif," kata pejuang tadi.
Hadiah anak2 israel untuk anak2 palestina
Dan anak2 palestina mendapatkan hadiah yang tak terlupakan
Resolusi PBB Tak Hentikan Serangan Israel di Jalur Gaza
Tekanan terhadap kedua pihak yang bertikai di Jalur Gaza meningkat. Hari Jumat, utusan Hamas berangkat ke Kairo. Sejak Kamis, Mesir sudah mengundang wakil-wakil pemerintahan Israel dan Palestina untuk membicarakan rencana gencatan senjata. Namun semuanya berlangsung tanpa hasil yang diharapkan.
Sejak dini hari Jumat (09.01), Angkatan Udara dan Laut Israel sudah membombardir 30 taget baru di Jalur Gaza. Begitu laporan media Israel yang mengutip sumber-sumber Palestina. Bersamaan dengan itu, Kabinet Keamananan Israel membahas apakah akan menerima Resolusi PBB atau justru meluaskan serangan daratnya.
Terkait dengan resolusi yang diputuskan Kamis malam di New York, Menteri Luar Negeri Israel Tzipi Livni menegaskan bahwa langkah Israel akan tergantung atas pertimbangannya sendiri. Dalam sebuah wawancara dengan radio militer, wakil Perdana Menteri Eli Jischai dari partai Schas yang ultra-ortodoks menegaskan: “Saya rasa situasi ini sudah dapat diprediksi sebelumnya. Saya yakin, bahwa keputusan PBB dan juga reaksi dunia- mirip aktifitas seorang pelobi bagi organsisasi teror. Sikap dunia juga cenderung membela Hamas. Israel bertempur untuk melindungi warganya. Karenanya Israel harus menggunakan seluruh kekuatannya. Saya rasa belum ada keputusan untuk menggulingkan pemerintah Hamas, karena itu kita harus melanjutkan operasi ini, meskipun sudah ada resolusi PBB.”
Harian Jediot Achronot melaporkan tentang perbedaan pendapat dalam jajaran teratas pemerintah Israel. Perdana Menteri Ehud Omert menginginkan peluasan serangan darat. Menteri Pertahanan Ehud Barak menentang pelaksanaan fase ketiga operasi militer di jalur Gaza, ia memilih pelaksanaan gencata senjata seperti yang dibahas di Mesir. Sedangkan Menlu Tzipi Livni ingin agar operasi tersebut berakhir segera, tanpa ada gencatan senjata.
Jumat siang, Israel ditembaki hampir 20 roket. Di Ashdod, Ashkelon dan dekat Beer Sheva sirene peringatan berulang kali terdengar. Sampai kini belum ada laporan cedera. Begitu diberitakan media Israel.
Sementara di jalur Gaza, Perserikatan Bangsa Bangsa melaporkan, ada hampir 20 ribu warga Palestina di 27 kamp pengungsian darurat yang sementara ini tersedia. Diantaranya di dalam sekolah di Jabalia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar