Sabtu, 03 Juli 2010

Antologi Puisi RakhmatKoes (Rakoes) 2008-2010

Binar di Balik Kerling

ada bias membayang tanya
saat kasat mata menerawang hati
sekejap menyibak tabir
binar mata rahasia.

Bandung, 2008

Selembar Bulu Mata

Selembar bulu mata terbang hampiriku
seolah bertanya pipi mana yang menantinya
lalu angin nakal coba menggoda
ditiupnya selembar bulu mata dengan sigap
lalu jatuh di pipi mu yang ranum

ah, adinda nakal nian angin bertiup
andai saja kau tahu bulu mata siapa yang genit itu
malu rasanya aku bersua. karena rapuh bulu mataku
merindukan mu di lingkar pipi mu yang bundar

Bandung, 2008

Mata Sunyi Dalam Sajak

seribu kali kerling bersautan
andai bersuara ia kan berkata
ini bukan lomba, sayang.

kedap-kedip buramkan retina
yang malas tuk menatap
serupa wajah bertabur air mata.

dalam sajak coba kuterka
mata sunyi menahan sepi
usai hujan langit kelabu.

lalu kau hijrah dengannya.

Bandung, 2008

Mata Sendu dalam nyanyian
-tertulis nama Kau

lewat sajak kucoba bersenandung
walau nada cenderung sumbang, namun
harapan kan tersampaikan meski guguran daun
menerpa kata.

aku teriakkan sajak muskil
yang berkelakar dalam kepalsuan, tapi
itu adalah tulus. sebab hidup pun
kian palsu.

lalu aku terdiam suntuk
bernyanyi dalam hati, meratapi mata nan sendu
yang terbang bersama symponi palsu.

Bandung, 2008

Beri Tuhan Bukti, Bukan Janji

Tuhan, kan ku buktikan doa kemarin sore
dalam ikhtiar yang terikhlas
bahwa aku hanya untuknya. sebab doa bukanlah
janji, tapi pembuktian seorang insan.

jadikan dia untukku.

Bandung, 2009

Senyum Duka di Sebuah Pertemuan Kecil

Mega

mendung

lalu

hempasan

nafas

dihembus

bibir

tipis

mu.

Bandung, 2009

AIR MUKA MENYIRAM BATHIN SUNYI

-kepada perempuan Ku

bagai pijar kala gelap menerpa

paras mu hadir membias di ruang imaji

lalu kau tebar senyum diantara mega mendung langit ku.

ah, jika saja di rinai gemericik wudlu ku kau hadir

mungkin aku ingin menjadi imam untukmu

layaknya matahari menjadi poros rembulan

O allah, maha seniman dari yang ada

tiada terperi kau cipta maha karya yang terindah, yang selalu dijalan Mu

andaikata lelaki mati dalam gelimang dosa yang telah beku,

mungkin gadis itu kan membimbingnya menuju syafaat sang manusia pilihan

bias air muka mu hai gadis sunyi,

kembang impian di relung imaji ku…

Bandung, 2009

INTERVIEW BATHIN : EPISODE TERJEBAK (PAMIT SEJENAK)

terjebak nyaris tak bisa keluar, semakin hari
rasa sayang itu perlahan ku gali
kembali setelah hampir empat tahun
yang lalu pernah aku menorehkannya
pada si jelita gadis bermata sendu.

kini semakin besar setiap saat, tumbuh
dan tumbuh…mimpi di kala lelap tak
lagi tentang bintang, atau angkasa,
tapi paras manis dan matanya yang
sendu senantiasa hadir menemani tawa
dan air mata ku.

terjebak hati serasa enggan melepasnya, tapi
ada lain sisi saat hati kecut tuk
meraih yang bukan milikku.

harus bagaimana?

hanya ingin berkata

aku sayang

tak lebih.

mungkin saat purnama perlahan pudar,
itu adalah tapak langkah aku
pergi, jejak langkah yang terbaik
agar keutuhan tetap kau miliki, demi
kasih dan sayang, demi cinta dan
kemunafikan, demi harapan yang selalu
samar, demi sebuah kesalahan, demi
sahabat terbaik yang pernah hadir.

semoga semua yang kutulis tak menjadi petaka

sampai jumpa sejenak…entah sampai
kapan…

semoga kita terwujud dalam satu ikatan
yang tak pernah padam, hingga tiba
titik nadir.

atau tidak sama sekali, dan senyum ku
akan kekal membias atmosfer malam saat
bintang-bintang selesai ku hitung.

mungkin esok, lusa, atau tak pernah
ada lagi hari untuk kelancangan ini…

maafkan teman…
maafkan kasih…
maafkan untuk sebuah kelancangan!!!

Bandung, 2009

INTERVIEW BATHIN : EPISODE SENYUM UNTUK SAHABAT

MENGIKIS SUNYI
:sahabatku

Terpa angin menepis sukma nan gelisah
daunan kering di hembus nafas perlahan,

bukankah kau hisap wangian dupa

yang mengepul di ruang ruhanimu?

ah, usahlah kau remang diambang rutinitas

yang silau bagai fatamorgana.

yakinlah bahwa atmosfer hati masih terselubung tanpa retak,

bukankah kau tiupkan pesan bathin kepadanya

yang meruang dalam imajimu?

gerimis masih kan menyambut langkahmu esok,

tapi bukan rintang yang menerpa itikad

tuk kau sibakkan dengan gemulai sampur di jentik jemarimu?

ada hening dalam damai yang menantimu

tuk kembali bersimpuh di rengkuh sujudmu nanti malam,

saat perlahan kau mengikis sunyi…

Bandung, 2009

MEDITASI LANGITAN
-jejak labirin sahabat malam

telusur aroma suarga
di rundung teka-teki hidup

kau raba identitas diri
di jalan berliku terjal
saat temaram senja mengampirimu
dalam remang nuansa hati

ya,jalan berliku harus kau lalui
karena lelaki tak lelah mencari
seperti saat kekasih pergi
menuai sesal di dalam diri

lantas matahari menusuk perut bumi
saat takbir mendengung dalam nurani
yang berlalu memanggil pergi

seketika mata terpejam dalam transisi
bathin meredup diantara memori, lalu
meditasimu menembus langit nan tinggi
agar cinta kau raih lagi

Bandung, 2009

SAJAK PUNTUNG ROKOK

tinggal kepul di ujung bibir
berhembus isyaratkan kata
ketika mata memerah pudar
saat kantuk gerayangi retina
dan botol kosong sisa minuman
yang kuseruput hingga tak berair

ah…
kini habis sudah kawanku
saat rokok terakhir tinggal puntung
tapi takan pernah kubuang
karena puntung itu kini kawanku

Bandung, 2009

KATAKATAKITAKITA

bau pete!
karena aku baru makan pete.

dan katakata
wartakan aroma pete

dan kitakita
isyaratkan bau nya

Bandung, 2009

KUTANTANG MATAHARI PAGI

sekujur malam setubuhi siang
kutatap langit gelap
kuhitung bintang-bintang
ku tutupi rembulan dengan beha
kuwarnai mega mendung dengan tinta pink, biar lebih cerah di malam hari.

kutembus waktu dengan dentuman bising deru knalpot vespa tua yang membelah
sepertiga malam, saat adzan awal di kumandangkan bilal di atas singgasana ke tujuh yang terselubung aura mu yang tak henti menyelimutiku

lalu kuterlelap tanpa basuhan embun sucikan air mukaku yang kusam, sehabis mendorong vespa seperempat menit dan kuterjang mimpi paras gadis yang hampir hilang, lalu kuhapus mimpi itu dengan wajah ibu pertiwi yang tengah dikoyak

lalu kutantang matahari pagi
karena esok pagi harus SP…
sialan !!!

Bandung, 2010

REKREASI CINTA
-memoar yang hilang

ada harapan baru
saat sehelai rambut
berontak dibalik kerudung
yang tersingkap angin nakal

ah, tak kekal iman itu
saat angin genit menyapanya
lalu kau tantang diriku
ketika bibirmu mengajak bibirku
rekreasi semu

tapi itu dulu,
kini nihil…!

Bandung, 2010

INTERUPSI BATHIN

stop !
saya ingin rehat,
karena mata hati
telah dikhianati

maka izinkan saya
tuk bobo walau sejenak
karena katakata menjadi
busa yang mambabibuta
mengurai makna!

ah, ku ingin mendengkur…!!!

Bandung, 2010

interview bathin : episode mengikis galau

GERIMIS MENYERANG JIDAT

seketika mengguyur nurani
dalam emosi yang tak tentu?
bagai air mata yang beriringan
jatuh menyiram bathin yang kering

ah, untung saja gerimis yang membuat
pening. bila derasnya hujan yang
menyerang itu pasti air mata kian
terkuras..

Bandung, 2010

AIR MATA SENDU

tak jatuh di pipimu
tak berlinang di retinamu
tak menghujan di sekujur tubuhmu
tak deras menguras pikirmu
tak hanyut di alir darahmu
tak bening di relung matamu

tapi melanda bagai tsunami
di hatimu nan galau…

Bandung, 2010

TERLELAP LAYAKNYA PUTRI DI KHAYALAN

angin; lalu sang pembawa cerita
mengurai kata. ah, mungkin sekedar
canda atau nestapa.

api; lalu sang pembawa berita
menabur makna. ah, mungkin sekedar
tanya atas tawa dan derita.

air; lalu sang pembawa laku
menyiram sukma. ah, mungkin sekedar
rana pembuka mata.

bumi; lalu sang pembawa logika
menaruh asa. ah, mungkin sekedar
rasa mengungkap kata.

tapi euphoria itu membawa ku hanyut ke
bima sakti di ambang realitas khayal.

Bandung, 2010

REKREASI KALBU
-gadis bermata sendu

kau taruh duka di ujung senyum
kau tuai suka di sudut luka
kau belai derita di bibir tawa

tapi mimpi tetap kau genggam

kau basuh air muka kian cemerlang
kau usap gemulai tubuh kian gemilang

lalu kau rengkuh di balik kain putih
nan suci itu.

ah, lama nian tak kulihat pemandangan
macam itu.

Bandung, 2010

air mata sunyi dalam imaji
ketika sesorang lelaki sepi,menitiskan air mata sunyi dalam imaji :

air mata sunyi dalam imaji menitis perlahan dan kuusap untuk sebuah perlawanan dramatik yang mungkin sangat ironis ku dengar,

ah air mata sunyi membasuh sepi dalam diri setelah kontemplasi terdalam yang kualami menjadi kawah candradimuka bagi hidup yang menanti.

dalam air mata sunyi kucoba berkaca menatap paras dengan dua mata yang memang berlinang untuk kesekiankalinya, ah entah apa yang menyebabkannya tapi mungkin ketiadaan dalam isi dan kehampaan dalam esensi. sedikit lebih mirip pada keambiguan yang menghasilkan sebuah tanda tanya besar akan ode yang juga dipertanyakan.

lantas dengan apa sang lelaki sepi mengarungi belukar cinta, mungkinkah dengan imaji sunyinya? atau dengan keberanian yang tak tergoyahkan hingga ia benar-benar sepi. ah, mungkin terlalu congkak hingga emosi diri tertimbun dalam hati yang memang kokoh hingga air matanya pun kian sunyi dalam kebekuan.

lihatlah ke matahari, maka air muka kan membara. atau tengoklah rembulan yang memberikan katarsis dalam bias cahayanya yang memang menyejukkan bak cahaya suarga….

mungkin untuk itu seorang lelaki sepi menebar air mata sunyi atau untuk membunuh nafsunya sendiri? entahlah..kita hanya bisa turut bersimpati pada air mata sunyi yang membeku dalam imaji yang rapuh.

entah untuk apa???

kamu yang memerah di imaji tentu akan menyilaukan si mata sunyi yang memang telah lama mengharap. tapi kita tahu bukan untuk itu, sayang…hanya sekedar cinta yang sederhana yang tak pernah angkuh mengucap!

Bandung, 2010

MENGGERAYANGI SEPI

sejenak mati lampu

lalu padam hati ku

digundah temaram qalbu

yang tengah menanti Mu

Bandung, 2010

MEMANGKAS BENCI DI BARBERSHOP CINTA

lalu kita jadian

dan berjalan tanpa kaca spion,

karena masa lalu tinggal cerita.

Bandung, 2009

MENARI SUNYI

sehelai sampur menyibak pandangku

waktu sejenak kau hadir membayang

di ambang realitas yang renggang

di pisah jarak yang enggan ku raih,

dan ku biarkan kau menari sunyi dalam

imaji yang biasa sepi.

Bandung, 2009


sumber : http://fiksi.kompasiana.com/group/puisi/2010/07/02/antologi-puisi-rakhmatkoes-rakoes-2008-2010/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar